Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Website Review - Direktori Anak Mall Gotomalls.com

Gambar
Mall Paling Hits di Jakarta versi Saya, Pasific Place Kalau ditanya apa hobi saya? Hobi yang paling murah adalah nge-mall. Ya karena di mall, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam, jalan-jalan, liat-liat barang, dan nggak beli! Selain itu, di mall kita juga bisa ngadem, berteduh, maupun nyicipin makanan gratis (biasanya ada lho di supermarketnya). Hampir semua mall di kota besar di Pulau Jawa pada khususnya pernah saya samperin. Ya iyalah, kan sosialitak! Selain itu, saya juga pernah mampir ke beberapa mall di Bali, Makassar, dan Medan waktu perjalanan dinas dulu. Pada dasarnya sama aja sih, nggak berkesan banyak. Namanya juga mall. Nah, setelah direkomendasikan teman, saya menemukan portal menarik dengan nama Gotomall . Kayaknya oke banget nih, buat anak mall kayak saya, dan teman-teman socialite saya. Karena dulu pernah menemukan berbagai masalah, seperti mau pergi ke mall mana, atau mau makan di mall mana, atau cari barang cepet yang tenant nya ada di mall mana. Harapanny

2016: Tahun Saya Keliling Indonesia

Gambar
Ini Indonesia, tepatnya di Medan Tahun ini mungkin saya menjadi orang yang beruntung, karena memiliki komplimen "jalan-jalan" keliling Indonesia. Sebenarnya bukan jalan-jalan untuk berwisata, namun banyaknya perjalanan dinas yang perlu dilakukan, membuat saya paling tidak sebulan sekali ada dua kali keluar kota. Meski tahun ini tidak mendapat jatah untuk piknik keluar negeri untuk bayak bekerja, namun ada okenya juga karena dengan banyaknya perjalanan dinas yang saya lakukan, tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali. Di tahun ini, saya bekerja di perusahaan telekomunikasi selama enam bulan (actually 3 bulan, tapi utang project 3 bulan lagi), dan sisanya saya membantu teman untuk sebuah asosiasi digital di Indonesia, yang mana masih terkait dengan perusahaan telekomunikasi tersebut. Karena melalui beberapa hal yang saya lakukan sekarang, saya mendapatkan komplimen korporat yang mana mewah banget. Nah, mau tau kota apa saja yang saya kunjungi di tahun ini? Berikut ri

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Gambar
Setiap tahun di kampus saya, setidaknya ada empat kali periode wisuda, Januari, April, Agustus, Oktober. Nggak bisa dibayangkan kan, berapa banyak di Indonesia ini menelurkan wisudawan baru, baik diploma, sarjana maupun paska sarjana. Apapun itu, wisuda merupakan selebrasi yang wajib dirayakan, karena datangnya cuma sekali dalam setahun. Beberapa adik angkatan saya di kuliah, sering bertanya mengenai "baiknya gimana nih habis wisuda? mau ngapain atau kerja dimana?". Dan saya sendiri sebagai generasi Y (sekarang generasi Z), nggak bisa menyimpulkan enaknya kerja dimana, karena saya sendiri merasa nggak sukses buat urusan karir. Padahal saya-nya dulu kerja di Career Network Center, which is HR Consulting yang ngurusin orang cari kerja. Namun, saya nggak mau adik-adik angkatan saya mengikuti langkah yang sama. Generasi Y dan Z, pada umumnya suka berpindah kerja. Sering pindah kerja ini, sering disebut kutu loncat (aku sih nggak suka dengan istilahnya, karena ini istilah

Berhadapan dengan PRO? Perhatikan Hal ini biar Gak Rugi

Gambar
Pada beberapa waktu lalu, di saat sibuk-sibuknya, saya ditawari teman untuk membantu roadshow sebuah acara talkshow teknologi terkemuka. Nah, sangat disayangkan, vendor yang menanganinya adalah bukan orang yang profesional (PRO). Memang dari berbagai hal, karakter personal dari lead vendor ini memang tidak mencerminkan orang yang pro, sehingga mau nggak mau, kami terjebak pada hal-hal yang lumayan disayangkan ketika membantu mereka. Untuk menghindari lagi hal-hal tersebut, berikut hal yang perlu diamati untuk mengetahui partner kita adalah orang yang pro atau tidak. 1. Nomor Handphone Nomor handphone itu penting sebagai representatif profesionalisme. Pada dasarnya orang yang pro selalu menggunakan nomor paska bayar; misalnya kartu Halo dari Telkomsel (dengan nomor depan 0811xxxxx), atau Matrix (dengan nomor depan (0816xxxx atau 0855xxxx). Mengapa demikian? Karena orang yang pro berinvestasi pada bagaimana membangun jaringan/network, dan reputasi diri mereka. Apabila kamu beker

GO-JEK lagi, GO-JEK lagi: Banyak Cerita tentang Go-Jek

Gambar
Hari gini, siapa sih yang tidak mengenal Go-Jek ! Start-up yang satu ini memang kelewat hits dari pertama kali ada. Sebenarnya nggak pas pertama kali ada sih, karena Nadiem membuat perusahaan ini di tahun 2010, dan menurut saya mulai naik daun di tahun 2014. Kala itu, info mengenai start-up lagi "boom" di Indonesia. Dalam waktu enam tahun, start-up asli Indonesia ini sudah menjadi unicorn-nya Indonesia. Go-Jek kalau bisa dibilang sudah sekelas Facebook lah kalau di Sillicon Valley, US. Sebagai pengamat start-up seperti  @startupwati , sebenarnya banyak hal yang terkadang membuat saya wow dan mikir banget dengan adanya Go-Jek, diantaranya; 1. Beda Wilayah Beda Harga Pada awal tahun 2016 lalu, saya diberi kesempatan untuk keliling Indonesia (kota-kota besar maksudnya), dan karena saya anak Go-Jek-ers, untuk keliling kota saya menggunakan Go-Jek. Kota pertama adalah Bandung, dimana pada saat itu sedang promo Rp10rb untuk semua tujuan. Selanjutnya Jakarta, dimana untuk

Jenjang S2 di Indonesia Sampah? Sepertinya Begitu

Gambar
Baiklah, tulisan ini memang kontroversial, namun ada kalanya hal-hal sarkastik perlu ditulis agar menjadikan kita membuka mata. Mengenai jenjang S2 yang sampah ini, berkali-kali saya baca dan saya dengarkan dari beberapa orang, yang mana merupakan alumni dari S2, maupun masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, di dunia bisnis, jenjang S2 Indonesia ini juga dinilai sampah, yang mana tidak dibutuhkan di dunia bisnis. Mengenai jenjang S2 yang sampah, ada beberapa hal yang menjadikannya seperti itu. Berikut alasannya; 1. Alumni jenjang S2 sudah terlalu banyak di Indonesia. Dikarenakan hampir semua universitas membuka program S2, maka imbasnya adalah, semakin banyak lulusan S2 di Indonesia. Asumsikan saja ada 500 universitas di Indonesia yang membuka sekolah bisnis dengan jenjang S2, dan setiap tahun melahirkan 100 lulusan maka, Indonesia memiliki 10.000 alumni S2, dan setiap tahunnya akan terus bertambah.   Anyway , baru cuma S2 Bisnis loh, belum yang lain. Nah, karena terlalu banyaknya

Belajar dari X-Men Film Series

Gambar
Magneto - Xmen Ya, saya penggemar film XMEN. Dari dulu jaman SD, saya memang demen banget sama film yang satu ini. Meski nggak banyak baca komiknya, menurut saya versi film lebih menarik karena bagaimana Marvel memvisualisasikannya memang benar pas dan bikin mikir banget. Dari film Xmen, X-II, Xmen: Last Stand, Xmen First Class, The Day Future Past, dan yang terakhir banget adalah Xmen: Appocalypse, ini  menurut saya cocok banget di rating 9 di IMDB. Sebenarnya kenapa sih saya maniak banget film Xmen? Karena saya banyak belajar beberapa hal didalamnya, diantaranya: 1. Minoritas bukan berarti lemah dan kalah Ini belajar dari film pertama (dan mungkin semua film Xmen) bahwa minoritas bukan berarti lemah dan kalah. Seperti di film ini, mutan, adalah makhluk yang secara fisik berbeda (dan tidak sempurna), dan karena itu selalu dipinggirkan. Namun sebenarnya mereka memiliki kekuatan yang lebih dari yang lain. Begitu pula berkaca dengan diri sendiri, saya memang sering menga

Rangga (dan Cinta)! Apa yang Kamu Lakukan Padaku itu, JAHAT!

Gambar
Ja-hap Ya, quote film AADC 2 itu bener banget. Setelah film itu launching, Yogyakarta (tempat saya tinggal) jadi sorotan seluruh masyarakat Indonesia. Tak jarang banyak orang dari berbagai kota datang untuk ikut reka ulang adegan-adegan Rangga-Cinta di spot-spot Jogja. Duh, Rangga (dan Cinta)! Apa yang kamu lakukan ke aku (mungkin juga beberapa orang asli Jogja) JAHAT! Kenapa? 1. JOGJA makin macet Yaiyalah, secara di long weekend ini banyak yg mau dateng buat mengunjungi spot-spot adegan AADC2. Bahkan banyak juga yang melakukan reka ulang adegan AADC2. Konsekuensinya ya makin macet dimana-mana. Nggak cuma di tempat wisata itu aja, tapi juga di jalan-jalan protokol kayak Jalan Kaliurang (perempatan kentungan) dan juga Jalan Condong Catur (perempatan Concat-Gejayan) sekarang macet banget. Eh tapi memang kalau ga liburan macet juga sih. Ah yaudah lah memang takdirnya gitu. Nih, kalau mau reka ulang adegan AADC2 2. JOGJA makin mahal Karena mumpung jogja lagi

Budaya "Too Negative" di Indonesia

Gambar
Ketika saya bekerja di perusahaan desain US yg berbasis di Kuala Lumpur beberapa tahun lalu, sering kali boss saya bilang "Hey you, that's too negative", ketika saya pesimis atau merespons sesuatu yg tidak mungkin bisa dilakukan. Ini menjadi motivasi bagi saya, bahwa segala sesuatu itu harus positif dan dengan semangat. Saya-pun flashback ketika kuliah di MMUGM yg waktu itu dosen-nya adalah bu Ida, yg dia juga sering mengajar di luar negeri. Kami di kelas Business Communication, sering diajarkan untuk selalu berkomunikasi dengan positif. Bahkan untuk hal-hal kecil yang disampaikan seperti kuis. Misalnya saja merubah kalimat "Dilarang Buang Sampah Disini" menjadi "Buanglah Sampah pada Tempatnya". Ini mengandung dua muatan, dimana kalimat pertama adalah paksaan dan negatif. Nah, mengenai komunikasi positif-negatif ini, juga saya rasakan ketika bekerja di perusahaan Indonesia. Betapa jetlagnya ketika di perusahaan luar selalu diajarkan sesu

Random Acts of Kindness - Baik Ya, Baik Aja.

Gambar
Beberapa waktu lalu, ketika saya di Jakarta, saya sering sekali melakukan hal-hal yang orang kira baik, tapi menurut saya biasa aja. Misalnya adalah membantu orang menyeberangkan jalan ketika saya melintas, membantu membawakan barang ketika di lift saat si empunya rempong banget, ngasih tempat duduk di busway, atau ngasih biskuit ke anak-anak jalanan yang lagi belajar di jembatan penyebrangan. Pernah juga saya membantu bagian kerja lain untuk ikut mensukseskan event, padahal ternyata kerjaannya berat banget (musti nggak tidur dua hari dan keluar uang ratusan ribu untuk mencapai lokasi event). Nah, karena seringnya saya melakukan hal-hal tersebut, manajer saya (yang dulu) sering menegur saya, "Kamu ngapain sih, berbuat baik ke orang lain. Kamu terlalu helpfull !" Dan ini menjadi sindiran berujung penilaian performa kerja saya dulu (dalam artian menjadi negatif). Baik itu nggak perlu sampai musti disuruh. Ketika saya menceritakan hal tersebut ke teman saya, dia pun b

4 Kemungkinan Ending dari Film AADC 2

Gambar
Siapa sih yang nggak tahu film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) yang hits di tahun 2000-an dan sekarang di tahun 2016 ini mulai diangkat lagi ke layar lebar. Sudah sering liat teaser  film nya AADC 2 itu kan. Buat yang nggak pernah lihat, coba deh cek di Youtube atau lihat meme -nya .   Trailer AADC 2 Nah, sebenarnya, trailer dan meme itu gantung banget karena nggak diceritain ending dari film ini. Yaiyalah, kalau diceritain, ntar jadi spoiler. Disini saya akan melakukan cenayang, gimana sih ending dari film AADC 2. P.S. Just for fun yah! Meme nya kayak gini Berdasarkan meme diatas, pas adegan ketemuan, ada beberapa kemungkinan apa yang mereka lakukan dan kemungkinan endingnya. 1. Rangga nya ngaku nggak suka cewek, dan si Cinta memutuskan jadi anak Punk yang mabuk-mabukan Ini memang out-of-the-box banget sih, tapi di meme yang beredar di social media emang banyak ngatain bahwa selama di New York, si Rangga jadi gay. Karena memang LGBT lagi hits aja sih. Dan si Cin

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambar
Lagi ngelamar kerja? Nah, beberapa kali saya menemukan iklan, dimana persayaratannya ribet banget, dan itupun masih dalam tingkatan seleksi administratif. Dan uniknya disini, banyak lowongan yang mensyaratkan pengumpulan dokumen-dokumen yang menurut saya nggak penting. Di lain sisi, saya pernah bekerja jadi HR selama 3 tahun, dan kadang juga beberapa pelamar mengumpulkannya dengan berkas yang dikumpulkan. Berikut beberapa dokumen yang menurut saya nggak penting pas ngelamar kerja. Semua musti online bro! 1 . SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) Mengapa ini nggak penting? Sebenarnya para pelamar nggak perlu untuk mengumpulkan ini, karena ini ribet banget ngurusnya. Terlebih jika kamu tidak tinggal di daerah asal (atau tempat kelahiran). Bayangkan aja, surat ini hanya berlaku selama 6 bulan, dan ngurusnya yang ribet itu, dari RT, RW, Lurah, Camat, Polisi itu nggak bisa sehari juga kan tentunya. Selan itu, selama 6 bulan surat dikeluarkan, belum tentu si pemilik surat

Apps Review: Naik UBER Gratis!

Gambar
Free Ride pakai UBER Jika GOJEK dan GRAB memiliki reputasi yang bagus di kancah, per-ojek-an, beda lagi jika kamu ingin bepergian dengan mobil. UBER merupakan salah satu aplikasi sharing riding dimana memungkinkan para rider dan driver berbagi tumpangan di tempat tujuan, dengan kesepakatan berbayar. Konflik mengenai UBER dengan taksi lokal memang sudah banyak dibicarakan. Seperti demo besar dengan kerusakan yang terjadi di Jakarta pada Maret 2016 lalu, atau demo di Prancis pada 2015 lalu, memang menjadikan orang waswas jika berkendara lewat UBER. Terlebih tanpa adanya nanungan hukum (misal dibandingkan dengan taksi Taksi yang dinaungi PT. X), tentu saja bagi penumpang yang early adopter technology, ini menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan. Dilain sisi, para pemain transportasi khususnya Taksi, juga menjadi waswas karena nantinya, orang-orang akan lebih memilih menggunakan jasa ini daripada Taksi biasa dikarenakan lebih murah. Menurut saya, UBER bukan taksi, tapi

Running Tour - Wisata Hemat di Medan

Gambar
Rute Running Tour via Endomondo Ini Medan, Bung! Buat kamu yang pengen ke Medan tapi duit pas-pasan, bisa banget traveling dengan cara aku. Running Tour! Yah, ini memang cara ter-hemat dan cara ter-mudah buat mengelilingi Medan. Carilah tempat tinggal yang dekat dengan pusat kota (misalnya dekat Medan Merdeka Walk), dan kita bisa jalan-jalan asik di Kota Medan. Saya mulai perjalanan dari Medan Merdeka Walk. Nah, di tempat ini merupakan titik start point dari running tour saya (dan sendirian), karena jam 7 pagi, sudah pasti semua orang sibuk bekerja. Berdasarkan peta yang saya buat di Endomondo, rute yang saya tempuh sekitar 5,9 km, dengan semuanya rute road, dan mudah untuk dijangkau (jalannya lurus aja). Lari pun dimulai di depan Merdeka Walk, dan saya melewati Balai Kota (TownHall) yang bangunannya unik, yaitu ala ala Eropa, yang disebelahnya ada hotel juga (kalau nggak salah Grand Aston). Disini nggak perlu nyebrang ke badan jalan, karena tempat terbaik untuk m

Pernah Menginap di Ritz-Carlton Hotel? Ini Ceritaku!

Gambar
Lobby Hotel Ritz Carlton - Mewah Banget Pada awal Februari 2016 lalu, saya mendapatkan keberuntungan dari project-mate saya untuk dapat tinggal di Ritz-Carlton Hotel, Mega Kuningan, Jakarta. Memang sih, agenda nya nggak untuk piknik, tapi untuk workshop dan meeting selama empat hari. Namun ini berkesan banget bagi saya. FYI, hotel ini pernah di bom pada tahun 2009. Terlepas dari rasa ketakutan atas pengeboman itu, rasanya nggak asik kalau nggak menikmati suasana yang ada di hotel tersebut. Dan kapan lagi deh, bisa tinggal di hotel gonjreng secara gratisan. Secara gaji aku nggak bisa buat bayar hotel semalam. Hoho.  Rate per malam paling murah 3,3 juta. Ketika pertama kali masuk hotel, di gerbang depan rasanya susah banget masuk karena ada sekitar empat orang satpam di depan gerbang, dengan dua anjing herder untuk mengecek adanya niatan kriminal atau enggak. Saya pun memfoto gerbang depan, dan alhasil, didatangin oleh petugas dan mereka meminta untuk menghapusn