Jenjang S2 di Indonesia Sampah? Sepertinya Begitu



Baiklah, tulisan ini memang kontroversial, namun ada kalanya hal-hal sarkastik perlu ditulis agar menjadikan kita membuka mata. Mengenai jenjang S2 yang sampah ini, berkali-kali saya baca dan saya dengarkan dari beberapa orang, yang mana merupakan alumni dari S2, maupun masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, di dunia bisnis, jenjang S2 Indonesia ini juga dinilai sampah, yang mana tidak dibutuhkan di dunia bisnis.

Mengenai jenjang S2 yang sampah, ada beberapa hal yang menjadikannya seperti itu. Berikut alasannya;

1. Alumni jenjang S2 sudah terlalu banyak di Indonesia.Dikarenakan hampir semua universitas membuka program S2, maka imbasnya adalah, semakin banyak lulusan S2 di Indonesia. Asumsikan saja ada 500 universitas di Indonesia yang membuka sekolah bisnis dengan jenjang S2, dan setiap tahun melahirkan 100 lulusan maka, Indonesia memiliki 10.000 alumni S2, dan setiap tahunnya akan terus bertambah. Anyway, baru cuma S2 Bisnis loh, belum yang lain. Nah, karena terlalu banyaknya alumni S2, persaingan masa depan juga semakin meningkat. Maka tak banyak juga S2 yang masih menganggur untuk mendapatkan pekerjaan. Banyaknya jumlah S2 ini juga akan nyampah di negeri ini bukan?

2. Pandangan masyarakat, S2 itu yang penting dapat titel buat naik pangkat.Basically, mengambil kuliah S2 itu adalah untuk menambah pengetahuan dan membuka pikiran. Paradigma ini menggeser masyarakat untuk berpikir bahwa S2 itu untuk mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, maupun jadi dosen. Padahal jabatan tinggi dan pekerjaan dosen itu yang dibutuhkan adalah pemikiran dan pengetahuannya, bukan titelnya. Tak heran mengapa banyak orang Indonesia mengambil S2 untuk mengambil titel saja, dan nggak perlu capek-capek dan pusing kuliah. Disini masalah kualitas lulusan S2 akan sangat berarti, dimana nantinya S2 itu akan jadi sampah banget. Masih ingat kasus ijasah palsu calon kapolri S3 di Barkeley itu kan?

3. Reputasi alumni S2 kurang baik, karena S2 hanya untuk orang kayaS2 mahal? Tentu saja iya dibandingkan dengan kuliah S1. Maka dari itu, kuliah S2 sering dikatakan hanya untuk orang kaya. Namun, saya lebih sepakat kalau S2 itu mahal aja, karena pastinya, nanti hanya orang-orang yang sangat berniat S2 aja yang akan berusaha mencapainya. Bayangkan saja jika S2 murah, nanti semakin sampah lah lulusan S2 tersebut.

Pandangan masyarakat kita mengenai materialisme tersebut, tergeser dari "hal yang harus diraih dengan susah payah" menjadi "kaya itu merupakan warisan". Disini yang menjadikan S2 bukan hal yang prestisius karena intelegensinya, namun jadi hal yang patut dinyinyirin oleh masyarakat. Akan banyak sekali pendapat bahwa, "Ah, pantas dia S2. Lha wong orang tuanya kaya, terus nggak butuh duit juga." daripada "Wah, bagus kamu S2, besok ikut memajukan negara dan bikin perusahaan ya". Ini sampah banget, karena jadinya orang-orang akan tidak percaya bahwa lulusan S2 ini berkualitas.

4. Dunia bisnis belum butuh alumni S2, karena terlalu mahal dan tidak ada jenjang karirnya.Ini yang menjadi hal prihatin, karena harusnya, lulusan S2 (khususnya untuk teknik dan bisnis) tentunya akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di korporasi. Namun ini tidak terjadi di Indonesia, karena pemain korporat dan HR di beberapa perusahaan belum melihat para alumni ini akan menjadi "leverage things" bagi perusahaan mereka. Selain mereka belum mempersiapkan jenjang karir lulusan S2, rata-rata sistem perusahaan mereka disusun untuk sumberdaya yang efisien, dimana tentu saja S2 akan menjadi hal yang mahal. Jikalau ada lulusan S2 yang melamar menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan tertentu, maka akan disetarakan dengan lulusan S1, dengan gaji, skill, maupun pekerjaannya. Tidak banyak juga alumni S2 yang tentunya lebih "knowledge-able" akan mengerjakan hal-hal yang sangat teknis, misalnya menjadi admin, padahal mereka bisa banget menjual perusahaan ke jenjang yang lebih tinggi.

Di lain sisi, lulusan S2 Indonesia untuk berbisnis juga dipandang sebelah mata oleh pelaku bisnis lainnya. Mereka pada dasanya lebih percaya alumni S2 luar negeri, dibandingkan dengan lulusan S2 dalam negeri. "We don't trust you because you just master degree from Indonesia, and that usually a bullshit". Sampah banget kan pebisnis-pebisnis ini! Namanya juga dunia bisnis.

Pada akhirnya yah ini seperti lingkaran setan dong, karena tidak adanya kepercayaan kita memandang lulusan S2 sebagai hal yang agung dan akan membantu kita dalam segala aspek. Gimana Indonesia bisa maju, kalau pemikirannya selalu begitu.

Saya pernah bercerita dengan teman kuliah S2 saya, mengenai hal ini. Bahkan tak jarang juga saya, ketika dulu melamar kerja, sering dikata-katain oleh HR di beberapa perusahaan ternama bahwa kita S2 itu sampah! Kata teman saya yang seangkatan, jika menemukan hal itu, bakar aja orang dan perusahaannya. Kalau bisa langsung pas dia ngomong gitu.

Buat teman-teman yang sedang menempuh dan sudah menempuh S2 (dan masih looking around pekerjaan) tetap semangat, karena suatu saat kalian bisa menguasai dunia bisnis maupun Indonesia. Keep walking on your belief!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Mengapa Biaya Makan di Tiap Kota Beda-beda?