6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Lagi ngelamar kerja? Nah, beberapa kali saya menemukan iklan, dimana persayaratannya ribet banget, dan itupun masih dalam tingkatan seleksi administratif. Dan uniknya disini, banyak lowongan yang mensyaratkan pengumpulan dokumen-dokumen yang menurut saya nggak penting. Di lain sisi, saya pernah bekerja jadi HR selama 3 tahun, dan kadang juga beberapa pelamar mengumpulkannya dengan berkas yang dikumpulkan. Berikut beberapa dokumen yang menurut saya nggak penting pas ngelamar kerja.

Semua musti online bro!

1 . SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian)
Mengapa ini nggak penting? Sebenarnya para pelamar nggak perlu untuk mengumpulkan ini, karena ini ribet banget ngurusnya. Terlebih jika kamu tidak tinggal di daerah asal (atau tempat kelahiran). Bayangkan aja, surat ini hanya berlaku selama 6 bulan, dan ngurusnya yang ribet itu, dari RT, RW, Lurah, Camat, Polisi itu nggak bisa sehari juga kan tentunya. Selan itu, selama 6 bulan surat dikeluarkan, belum tentu si pemilik surat sudah mendapatkan pekerjaannya. Mau nggak mau harus perpanjang lagi, dan perpanjang lagi dan buang duit banget.

Di sisi perusahaan, ini cuma terkait kepercayaan aja sih. Pengennya sih mereka mendapatkan kandidat yang nggak pernah terlibat dengan urusan kriminal. Namun bisa saja kan, urusan kriminal tidak terjamin dengan adanya surat ini. Jika sama-sama nggak percaya, mengapa kita melamar di perusahaan tersebut. 

Kalau saya sih, sebagai HR kayaknya nggak perlu deh. Kasihan pelamarnya udah jauh2, ngurus ini itu, tapi nanti kalau ga jadi karyawan, agak sia2 juga.

2 . Surat Keterangan Sehat Rohani
Saya pernah berdiskusi dengan teman saya yang lagi hobi ikut test kerja, dan ternyata surat keterangan sehat rohani ada test nya lho. Di test ini kamu akan disodorkan ratusan pertanyaan psikologi, dari masalah pribadi, kecenderungan psikologis, sampai masalah seksualitas (hah?!). Aku kira test ini seperti test kesehatan standar di rumah sakit seperti cek tensi, tinggi badan berat badan, cek mata, dan sebagainya. Namun ternyata enggak dong. Untuk test ini kamu diharuskan untuk membayar antara Rp 200.000 hingga Rp 375.000 tergantung rumah sakitnya. 

Menurut saya, ini nggak perlu juga. Disamping karena mahal banget, psikologi orang bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Karena nanti juga ada test psikologi juga kan.

3 . Kartu Kuning dari Dinas Tenaga Kerja
Kartu kuning itu seperti apa? Tentunya warnanya kuning. Hahaha. Iya kartu ini cuma bisa kamu dapatkan di Kantor Dinas Tenaga Kerja. Sebenarnya untuk pengurusannya nggak ribet, sehari jadi, tergantung antriannya. Nah ketika kamu mengurus surat ini, kamu diwajibkan membawa ijasah dan transkrip nilai di semua jenjang pendidikan yang pernah kamu lewati. Misal kamu alumni pascasarjana S3, berarti musti bawa ijasah SD, SMP, SMA, D3, S1, S2, dan S3. Nanti disana kamu akan didata dan difoto, kemudian diberikan bukti bahwa kamu lagi cari kerja. Sebenarnya, tujuannya nggak lebih dari pendataan pemerintah mengenai jumlah pencari kerja, dan perusahaan yang memberlakukan pengumpulan kartu kuning ini adalah perusahaan yang memiliki hubungan kuat dengan pemerintah daerah (misal: perusahaan tambang atau konveksi).

Karena biasa kerja di perusahaan Techno, jd enggak pernah sih nemu beginian. Tapi ya kalau pada ngumpulin, paling dibalikin ke pelamar.

4 . Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga
Sebenarnya saya juga nggak tahu sih apa fungsinya melamar kerja pakai akta kelahiran dan KK. Sepertinya sudah jelas, jika dibuktikan dengan KTP saja. Yah, mungkin si HRD nya pengen kepo-kepo silsilah keluarga kamu atau alamat rumah kamu. Jadi bisa mampir dan ngeteh cantik gitu dirumahmu.

5 . Surat Keterangan Kerja / Rekomendasi
Ini juga kontroversial. Mengapa? Ketika kamu memutuskan resign, nggak semua partner kerja atau bos kamu menerimanya kan, kecuali kamu dipecat (amit-amit jangan sampai ya!). Nah, ketika surat ini diterbitkan, maka goals nya adalah bos kamu bisa dihubungi untuk memberikan informasi mengenai dirimu. Dan jika itu dilakukan oleh HRD nya, pastinya (mantan) bos kamu nggak akan kasih rekomendasi yang baik dong dengan alasan nggak mau kehilangan kamu, atau karena masih take it personally karena ditinggal kamu. Jadi menurut saya, surat rekomendasi ini nggak perlu.

6 . Sertifikat-sertifikat Seminar 
Pasti dong di jaman kuliah, kita rajin banget ikut seminar dengan berbagai alasan. Ada yang alasannya dipaksa oleh kampus, ikut ajakan temen dan komunitas, biar dapat snack konsumsi, sampai nemenin gebetan. Namun ada juga yang nggak kalah penting adalah untuk mendapatkan sertifikat seminar. Tapi sebenarnya, sertifikat-sertifikat seminar ini nggak perlu dicopy kemudian dikumpulkan ketika melamar kerja. Selain nggak dibaca oleh HRD nya, ini juga boros kertas banget. Mungkin kalau yang dimaksud adalah workshop dan pelatihan terkait karir kamu bisa dimasukkan, namun untuk sertifikat seminar, kayaknya enggak deh.

Kalau dulu, standard saya untuk pelamar kerja adalah, kumpulin aja CV dan Cover Letternya. Untuk tim IT (Product Development, Programmer, dan Designer), jangan lupa tambahkan link portofolionya, sehingga bisa dicek untuk skill dan hasil kerjanya. Itu aja sih info dari saya. Punya pengalaman yang unik juga? Share ya.

Postingan populer dari blog ini

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Belajar dari X-Men Film Series