Apps Review: Naik UBER Gratis!

Free Ride pakai UBER

Jika GOJEK dan GRAB memiliki reputasi yang bagus di kancah, per-ojek-an, beda lagi jika kamu ingin bepergian dengan mobil. UBER merupakan salah satu aplikasi sharing riding dimana memungkinkan para rider dan driver berbagi tumpangan di tempat tujuan, dengan kesepakatan berbayar.


Konflik mengenai UBER dengan taksi lokal memang sudah banyak dibicarakan. Seperti demo besar dengan kerusakan yang terjadi di Jakarta pada Maret 2016 lalu, atau demo di Prancis pada 2015 lalu, memang menjadikan orang waswas jika berkendara lewat UBER. Terlebih tanpa adanya nanungan hukum (misal dibandingkan dengan taksi Taksi yang dinaungi PT. X), tentu saja bagi penumpang yang early adopter technology, ini menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan. Dilain sisi, para pemain transportasi khususnya Taksi, juga menjadi waswas karena nantinya, orang-orang akan lebih memilih menggunakan jasa ini daripada Taksi biasa dikarenakan lebih murah.

Menurut saya, UBER bukan taksi, tapi merupakan aplikasi layanan berbagi tumpangan. Seperti layaknya Nebengers, namun dikemas dengan perjanjian yang lebih pasti, yaitu adanya kesepakatan pembayaran. Berbeda dengan taksi, setiap driver taksi pasti akan membawa Anda ketempat tujuan, namun driver UBER hanya akan membawa Anda, jika searah dengan tujuan drivernya.

Pengalaman Menggunakan Jasa UBER

Untuk pertama kalinya saya menggunakan jasa UBER yaitu ketika perjalanan dari Cyber Kuningan Barat menuju Gambir. Memang aplikasi ini sudah saya instal lama, namun belum pernah dipakai karena harus bayar pakai kartu kredit. Namun update terbaru dari aplikasi ini, memungkinkan saya untuk pakai cash. Saya pun menambahkan promotional code dari tim UBER yang saya dapatkan di Senayan City, dan finally, saya mendapatkannya gratis. Sebenarnya, bukan gratisnya sih yang saya cari, tapi pengalamannya.

Tampilan UBER App

Penggunaan aplikasi ini mudah, seperti aplikasi layanan berkendara online kebanyakan. Pencarian UBER driver yang melintas tidaklah lama, dan si pengemudi welcome dengan panggilan saya. Anyway, setelah klik pick up, jangan lupa kita yang menelpon ya, karena pengalaman saya, si driver nggak telpon saya agak lama. Setelah itu, barulah bersepakat untuk pick up untuk tempat dijemput dan tujuan penjemputannya. Akhirnya saya pun dijemput oleh mobil city car kecil warna hitam (karena pilihnya waktu itu UberX).

Selama perjalanan, menurut saya menyenangkan, dimana driver nya adalah seumuran. Jadi bisa nyambung untuk berkomunikasi. Setelah tanya-tanya lebih dalam, ternyata ketentuan dari UBER adalah mewajibkan mereka berkomunikasi via email dan whatsapp, dan ini yang membedakan dengan supir taksi biasa. Mengapa? Karena menurut saya, UBER driver haruslah anak muda produktif, dimana wajib anti-gaptek. Nah, ini yang membuat saya kagum untuk cara rekrutmennya, dimana ini akan memfilter orang-orang yang gaptek ketika bergabung dengan UBER. Demikian juga dengan penumpang/penggunanya, jika gaptek, tentunya nggak pakai UBER dong. Disini yang membuat penumpang dan pengemudi nyambung antara satu dengan yang lain, dan ini yang menjadikan pengalaman berkendara nyaman. Saya pun juga senang-senang aja karena dapat gratis tumpangan. Terlebih setelah mengendarai, saya dapat coupon code lagi dong.

Overall bagus sih, karena setiap layanan aplikasi punya segmen nya sendiri-sendiri

Postingan populer dari blog ini

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Mengapa Biaya Makan di Tiap Kota Beda-beda?