Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Bucketlist 2018

Gambar
Berbicara resolusi memang membosankan. Kadang terlaksana, kadang enggak, dan kebanyakannya enggak sih. Mumpung masih dalam suasana tahun baru, dan update stories IG orang-orang nulisin resolusi, rasanya enggak afdol kalau nggak ikutan bikin. Namun, saya memilih menulisnya bukan resolusi, melainkan sebagai bucketlist. Nah bucketlist ini merupakan harapan-harapan yang akan dilakukan di 2018. Berikut menurut saya; 1. Bikin BPJS Men , aku ndak punya asuransi sejak pindah dari 123 ke Telkomsel, karena di Telkomsel pakainya AXA. Sepele sih, tapi ini harus, meski per bulan harus tambah billing. 2. Test TOEFL Terakhir kali test 2015, dan sejauh 2017 enggak sempat ngelamar dosen ataupun schoolarship. 3. Beli Sepeda Dulu pengen banget beli sepeda. Meski cuma sejuta, tapi sampai sekarang belum keturutan. 4. Register GYM Membership Daftar Gym at least buat satu bulan, yang penting pernah ngerasain dong. Biar hits. :D 5. Singapore - Johor Bahru Dikarenakan udah lama nggak pulang

Personal Kaledioskop 2017

Gambar
Karena persiapan 2018, semua-semua agenda Desember 2017 ini tentang Kaleidoskop deh. Nah kali ini saya juga mau bikin Kaleidoskop 2017 Personal aja deh. Tahun 2017 ini ternyata nggak lebih baik dari tahun 2016 lalu. Meski ada peningkatan personal revenue (yang padahal juga nggak terlalu substantial, tapi lumayan lah), dan dari segi karir (emang punya :p) yang ternyata useless, ada beberapa hal yang dapat dipelajari di tahun ini. Masih Seputaran Telkomsel Di tahun 2017 ini ternyata kehidupanku nggak jauh-jauh dari obrolan Telkomsel. Ya, sepertinya saya gagal move on setelah April 2016 lalu meninggalkan Telkomsel Smart Office Jakarta. Mengapa? Karena tahun ini malah banyak agenda atau kegiatan yang Telkomsel banget (padahal udah nggak kerja di Telkomsel). Misalnya jadi MJM TelkomselRunners di bulan April, TCASH Activation Buddy bulan April hingga Agustus, BestCSAward di bulan November, dan NusantaRUN di bulan Desember. Terlebih parah adalah BestCSAward, yang which is,

Apa Rencanamu?

Gambar
Sebenarnya males banget kalau ditanya apa rencana saya? Semenjak beberapa bulan selo nganggur dan kebanyakan nonton Jane Bingum di Drop Dead Diva (I watched it 6 season in 3 week), saya jadi kepikiran untuk ikutan juga bikin planning (especially future home planning). Well, thanks mbak Heyo telah menginspirasi saya. Start from aspiring corporate employee, that was me at 26th. Now I am 28, dan saya belum punya apa-apa (self employed nor unemployed). So, I put myself to make a future plan. Setahun kedepan - 2018. Dalam satu tahun kedepan, jelas saya ingin memperbaiki cashflow saya, dan at least reaching double digit savings. Nah, kalau pengen double digit saving, at least aku harus saving 2 juta per bulan (It should be 2x12 = IDR 24juta), dan possible income should be IDR 5juta (karena living cost at least 3juta). Jadi kebayang kan kriteria kerjaan yang diinginkan aku. Kalau aku sih simple, at least bisa bayar kartu kredit, ada ID Card, ruangan yang separated. Movi

28th Coming - Good Bye Club 27th!

Gambar
Ya, udah lama banget nggak ngeblog. Anyway, I want to celebrate myself that I already 28th, dan masih hidup di umur 28 adalah pencapaian. Dulu nggak kepikiran bisa sampai umur 28, karena I think I wanna join 27 club. Apa itu 27 Club? Seems like awkward, karena 27 club merupakan kumpulan artis papan atas yg meninggal di umur 27, beberapa diantaranya Amy Winehouse (my favorit diva), Kurt Cobain, dan Jim Morrisson. Mereka meninggal memang mostly karena overdosis drugs. Well sayangnya aku nggak pakai drugs. Anyway, memang aku nggak ada rencana sampai seumuran ini, karena pada dasarnya aku nggak bikin rencananya. Saya rasa cukup berjalan seiring berjalannya waktu. Dulu pernah bikin rencana, saat umurnya masih kuliah S1 gitu. Habis lulus S1, langsung S2, terus kerja di konsultan-konsultan ternama seperti Accenture, McKinsey, Delloite, dan kawan-kawan. Terus akhirnya cuma kesampaian sampai S2 dan nggak keterima kerja dimana-mana. Akhirnya pivot buat bikin startap. Nah, waktu bikin

Start-Up, Jangan Remehkan Lulusan Sekolah Bisnis Ya!

Gambar
Beberapa waktu yang lalu, saya berdiskusi dengan GM saya mengenai isu pembubaran beberapa start-up dikarenakan oleh gagal dalam mengelola dana. Padahal di dalamnya pasti ada anggota tim yang merupakan lulusan sekolah bisnis ternama. Singkat kami, ini pasti karena tidak diperhatikannya tim bisnis yang ada di dalam kelompok tersebut. Ada kalanya para founder memperhatikan bahwa dalam start-up business ini juga memperhatikan anggota tim lulusan sekolah bisnis. Mengapa? 1 . Bisnis Teknologi tidak Melulu Berbicara Mengenai Kehebatan Teknologi Meski core business untuk start-up adalah menawarkan layanan dengan teknologi sulit, bukan berarti orang bisnis tidak berhak ikut campur. Terkadang beberapa start-up dengan ego founder teknologi tinggi selalu mengabaikan pendapat founder bisnis. Beberapa ajaran salah juga dari mahzab yang digembor-gemborkan dalam training singkat start-up, bagian bisnis itu hanya penting ketika produk sudah jadi, dan tinggal hard sales saja. Nah,