Postingan

Budaya "Too Negative" di Indonesia

Gambar
Ketika saya bekerja di perusahaan desain US yg berbasis di Kuala Lumpur beberapa tahun lalu, sering kali boss saya bilang "Hey you, that's too negative", ketika saya pesimis atau merespons sesuatu yg tidak mungkin bisa dilakukan. Ini menjadi motivasi bagi saya, bahwa segala sesuatu itu harus positif dan dengan semangat. Saya-pun flashback ketika kuliah di MMUGM yg waktu itu dosen-nya adalah bu Ida, yg dia juga sering mengajar di luar negeri. Kami di kelas Business Communication, sering diajarkan untuk selalu berkomunikasi dengan positif. Bahkan untuk hal-hal kecil yang disampaikan seperti kuis. Misalnya saja merubah kalimat "Dilarang Buang Sampah Disini" menjadi "Buanglah Sampah pada Tempatnya". Ini mengandung dua muatan, dimana kalimat pertama adalah paksaan dan negatif. Nah, mengenai komunikasi positif-negatif ini, juga saya rasakan ketika bekerja di perusahaan Indonesia. Betapa jetlagnya ketika di perusahaan luar selalu diajarkan sesu

Random Acts of Kindness - Baik Ya, Baik Aja.

Gambar
Beberapa waktu lalu, ketika saya di Jakarta, saya sering sekali melakukan hal-hal yang orang kira baik, tapi menurut saya biasa aja. Misalnya adalah membantu orang menyeberangkan jalan ketika saya melintas, membantu membawakan barang ketika di lift saat si empunya rempong banget, ngasih tempat duduk di busway, atau ngasih biskuit ke anak-anak jalanan yang lagi belajar di jembatan penyebrangan. Pernah juga saya membantu bagian kerja lain untuk ikut mensukseskan event, padahal ternyata kerjaannya berat banget (musti nggak tidur dua hari dan keluar uang ratusan ribu untuk mencapai lokasi event). Nah, karena seringnya saya melakukan hal-hal tersebut, manajer saya (yang dulu) sering menegur saya, "Kamu ngapain sih, berbuat baik ke orang lain. Kamu terlalu helpfull !" Dan ini menjadi sindiran berujung penilaian performa kerja saya dulu (dalam artian menjadi negatif). Baik itu nggak perlu sampai musti disuruh. Ketika saya menceritakan hal tersebut ke teman saya, dia pun b

4 Kemungkinan Ending dari Film AADC 2

Gambar
Siapa sih yang nggak tahu film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) yang hits di tahun 2000-an dan sekarang di tahun 2016 ini mulai diangkat lagi ke layar lebar. Sudah sering liat teaser  film nya AADC 2 itu kan. Buat yang nggak pernah lihat, coba deh cek di Youtube atau lihat meme -nya .   Trailer AADC 2 Nah, sebenarnya, trailer dan meme itu gantung banget karena nggak diceritain ending dari film ini. Yaiyalah, kalau diceritain, ntar jadi spoiler. Disini saya akan melakukan cenayang, gimana sih ending dari film AADC 2. P.S. Just for fun yah! Meme nya kayak gini Berdasarkan meme diatas, pas adegan ketemuan, ada beberapa kemungkinan apa yang mereka lakukan dan kemungkinan endingnya. 1. Rangga nya ngaku nggak suka cewek, dan si Cinta memutuskan jadi anak Punk yang mabuk-mabukan Ini memang out-of-the-box banget sih, tapi di meme yang beredar di social media emang banyak ngatain bahwa selama di New York, si Rangga jadi gay. Karena memang LGBT lagi hits aja sih. Dan si Cin

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambar
Lagi ngelamar kerja? Nah, beberapa kali saya menemukan iklan, dimana persayaratannya ribet banget, dan itupun masih dalam tingkatan seleksi administratif. Dan uniknya disini, banyak lowongan yang mensyaratkan pengumpulan dokumen-dokumen yang menurut saya nggak penting. Di lain sisi, saya pernah bekerja jadi HR selama 3 tahun, dan kadang juga beberapa pelamar mengumpulkannya dengan berkas yang dikumpulkan. Berikut beberapa dokumen yang menurut saya nggak penting pas ngelamar kerja. Semua musti online bro! 1 . SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) Mengapa ini nggak penting? Sebenarnya para pelamar nggak perlu untuk mengumpulkan ini, karena ini ribet banget ngurusnya. Terlebih jika kamu tidak tinggal di daerah asal (atau tempat kelahiran). Bayangkan aja, surat ini hanya berlaku selama 6 bulan, dan ngurusnya yang ribet itu, dari RT, RW, Lurah, Camat, Polisi itu nggak bisa sehari juga kan tentunya. Selan itu, selama 6 bulan surat dikeluarkan, belum tentu si pemilik surat

Apps Review: Naik UBER Gratis!

Gambar
Free Ride pakai UBER Jika GOJEK dan GRAB memiliki reputasi yang bagus di kancah, per-ojek-an, beda lagi jika kamu ingin bepergian dengan mobil. UBER merupakan salah satu aplikasi sharing riding dimana memungkinkan para rider dan driver berbagi tumpangan di tempat tujuan, dengan kesepakatan berbayar. Konflik mengenai UBER dengan taksi lokal memang sudah banyak dibicarakan. Seperti demo besar dengan kerusakan yang terjadi di Jakarta pada Maret 2016 lalu, atau demo di Prancis pada 2015 lalu, memang menjadikan orang waswas jika berkendara lewat UBER. Terlebih tanpa adanya nanungan hukum (misal dibandingkan dengan taksi Taksi yang dinaungi PT. X), tentu saja bagi penumpang yang early adopter technology, ini menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan. Dilain sisi, para pemain transportasi khususnya Taksi, juga menjadi waswas karena nantinya, orang-orang akan lebih memilih menggunakan jasa ini daripada Taksi biasa dikarenakan lebih murah. Menurut saya, UBER bukan taksi, tapi

Running Tour - Wisata Hemat di Medan

Gambar
Rute Running Tour via Endomondo Ini Medan, Bung! Buat kamu yang pengen ke Medan tapi duit pas-pasan, bisa banget traveling dengan cara aku. Running Tour! Yah, ini memang cara ter-hemat dan cara ter-mudah buat mengelilingi Medan. Carilah tempat tinggal yang dekat dengan pusat kota (misalnya dekat Medan Merdeka Walk), dan kita bisa jalan-jalan asik di Kota Medan. Saya mulai perjalanan dari Medan Merdeka Walk. Nah, di tempat ini merupakan titik start point dari running tour saya (dan sendirian), karena jam 7 pagi, sudah pasti semua orang sibuk bekerja. Berdasarkan peta yang saya buat di Endomondo, rute yang saya tempuh sekitar 5,9 km, dengan semuanya rute road, dan mudah untuk dijangkau (jalannya lurus aja). Lari pun dimulai di depan Merdeka Walk, dan saya melewati Balai Kota (TownHall) yang bangunannya unik, yaitu ala ala Eropa, yang disebelahnya ada hotel juga (kalau nggak salah Grand Aston). Disini nggak perlu nyebrang ke badan jalan, karena tempat terbaik untuk m

Pernah Menginap di Ritz-Carlton Hotel? Ini Ceritaku!

Gambar
Lobby Hotel Ritz Carlton - Mewah Banget Pada awal Februari 2016 lalu, saya mendapatkan keberuntungan dari project-mate saya untuk dapat tinggal di Ritz-Carlton Hotel, Mega Kuningan, Jakarta. Memang sih, agenda nya nggak untuk piknik, tapi untuk workshop dan meeting selama empat hari. Namun ini berkesan banget bagi saya. FYI, hotel ini pernah di bom pada tahun 2009. Terlepas dari rasa ketakutan atas pengeboman itu, rasanya nggak asik kalau nggak menikmati suasana yang ada di hotel tersebut. Dan kapan lagi deh, bisa tinggal di hotel gonjreng secara gratisan. Secara gaji aku nggak bisa buat bayar hotel semalam. Hoho.  Rate per malam paling murah 3,3 juta. Ketika pertama kali masuk hotel, di gerbang depan rasanya susah banget masuk karena ada sekitar empat orang satpam di depan gerbang, dengan dua anjing herder untuk mengecek adanya niatan kriminal atau enggak. Saya pun memfoto gerbang depan, dan alhasil, didatangin oleh petugas dan mereka meminta untuk menghapusn