Postingan

Apa Rencanamu?

Gambar
Sebenarnya males banget kalau ditanya apa rencana saya? Semenjak beberapa bulan selo nganggur dan kebanyakan nonton Jane Bingum di Drop Dead Diva (I watched it 6 season in 3 week), saya jadi kepikiran untuk ikutan juga bikin planning (especially future home planning). Well, thanks mbak Heyo telah menginspirasi saya. Start from aspiring corporate employee, that was me at 26th. Now I am 28, dan saya belum punya apa-apa (self employed nor unemployed). So, I put myself to make a future plan. Setahun kedepan - 2018. Dalam satu tahun kedepan, jelas saya ingin memperbaiki cashflow saya, dan at least reaching double digit savings. Nah, kalau pengen double digit saving, at least aku harus saving 2 juta per bulan (It should be 2x12 = IDR 24juta), dan possible income should be IDR 5juta (karena living cost at least 3juta). Jadi kebayang kan kriteria kerjaan yang diinginkan aku. Kalau aku sih simple, at least bisa bayar kartu kredit, ada ID Card, ruangan yang separated. Movi

28th Coming - Good Bye Club 27th!

Gambar
Ya, udah lama banget nggak ngeblog. Anyway, I want to celebrate myself that I already 28th, dan masih hidup di umur 28 adalah pencapaian. Dulu nggak kepikiran bisa sampai umur 28, karena I think I wanna join 27 club. Apa itu 27 Club? Seems like awkward, karena 27 club merupakan kumpulan artis papan atas yg meninggal di umur 27, beberapa diantaranya Amy Winehouse (my favorit diva), Kurt Cobain, dan Jim Morrisson. Mereka meninggal memang mostly karena overdosis drugs. Well sayangnya aku nggak pakai drugs. Anyway, memang aku nggak ada rencana sampai seumuran ini, karena pada dasarnya aku nggak bikin rencananya. Saya rasa cukup berjalan seiring berjalannya waktu. Dulu pernah bikin rencana, saat umurnya masih kuliah S1 gitu. Habis lulus S1, langsung S2, terus kerja di konsultan-konsultan ternama seperti Accenture, McKinsey, Delloite, dan kawan-kawan. Terus akhirnya cuma kesampaian sampai S2 dan nggak keterima kerja dimana-mana. Akhirnya pivot buat bikin startap. Nah, waktu bikin

Start-Up, Jangan Remehkan Lulusan Sekolah Bisnis Ya!

Gambar
Beberapa waktu yang lalu, saya berdiskusi dengan GM saya mengenai isu pembubaran beberapa start-up dikarenakan oleh gagal dalam mengelola dana. Padahal di dalamnya pasti ada anggota tim yang merupakan lulusan sekolah bisnis ternama. Singkat kami, ini pasti karena tidak diperhatikannya tim bisnis yang ada di dalam kelompok tersebut. Ada kalanya para founder memperhatikan bahwa dalam start-up business ini juga memperhatikan anggota tim lulusan sekolah bisnis. Mengapa? 1 . Bisnis Teknologi tidak Melulu Berbicara Mengenai Kehebatan Teknologi Meski core business untuk start-up adalah menawarkan layanan dengan teknologi sulit, bukan berarti orang bisnis tidak berhak ikut campur. Terkadang beberapa start-up dengan ego founder teknologi tinggi selalu mengabaikan pendapat founder bisnis. Beberapa ajaran salah juga dari mahzab yang digembor-gemborkan dalam training singkat start-up, bagian bisnis itu hanya penting ketika produk sudah jadi, dan tinggal hard sales saja. Nah,

Website Review - Direktori Anak Mall Gotomalls.com

Gambar
Mall Paling Hits di Jakarta versi Saya, Pasific Place Kalau ditanya apa hobi saya? Hobi yang paling murah adalah nge-mall. Ya karena di mall, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam, jalan-jalan, liat-liat barang, dan nggak beli! Selain itu, di mall kita juga bisa ngadem, berteduh, maupun nyicipin makanan gratis (biasanya ada lho di supermarketnya). Hampir semua mall di kota besar di Pulau Jawa pada khususnya pernah saya samperin. Ya iyalah, kan sosialitak! Selain itu, saya juga pernah mampir ke beberapa mall di Bali, Makassar, dan Medan waktu perjalanan dinas dulu. Pada dasarnya sama aja sih, nggak berkesan banyak. Namanya juga mall. Nah, setelah direkomendasikan teman, saya menemukan portal menarik dengan nama Gotomall . Kayaknya oke banget nih, buat anak mall kayak saya, dan teman-teman socialite saya. Karena dulu pernah menemukan berbagai masalah, seperti mau pergi ke mall mana, atau mau makan di mall mana, atau cari barang cepet yang tenant nya ada di mall mana. Harapanny

2016: Tahun Saya Keliling Indonesia

Gambar
Ini Indonesia, tepatnya di Medan Tahun ini mungkin saya menjadi orang yang beruntung, karena memiliki komplimen "jalan-jalan" keliling Indonesia. Sebenarnya bukan jalan-jalan untuk berwisata, namun banyaknya perjalanan dinas yang perlu dilakukan, membuat saya paling tidak sebulan sekali ada dua kali keluar kota. Meski tahun ini tidak mendapat jatah untuk piknik keluar negeri untuk bayak bekerja, namun ada okenya juga karena dengan banyaknya perjalanan dinas yang saya lakukan, tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali. Di tahun ini, saya bekerja di perusahaan telekomunikasi selama enam bulan (actually 3 bulan, tapi utang project 3 bulan lagi), dan sisanya saya membantu teman untuk sebuah asosiasi digital di Indonesia, yang mana masih terkait dengan perusahaan telekomunikasi tersebut. Karena melalui beberapa hal yang saya lakukan sekarang, saya mendapatkan komplimen korporat yang mana mewah banget. Nah, mau tau kota apa saja yang saya kunjungi di tahun ini? Berikut ri

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Gambar
Setiap tahun di kampus saya, setidaknya ada empat kali periode wisuda, Januari, April, Agustus, Oktober. Nggak bisa dibayangkan kan, berapa banyak di Indonesia ini menelurkan wisudawan baru, baik diploma, sarjana maupun paska sarjana. Apapun itu, wisuda merupakan selebrasi yang wajib dirayakan, karena datangnya cuma sekali dalam setahun. Beberapa adik angkatan saya di kuliah, sering bertanya mengenai "baiknya gimana nih habis wisuda? mau ngapain atau kerja dimana?". Dan saya sendiri sebagai generasi Y (sekarang generasi Z), nggak bisa menyimpulkan enaknya kerja dimana, karena saya sendiri merasa nggak sukses buat urusan karir. Padahal saya-nya dulu kerja di Career Network Center, which is HR Consulting yang ngurusin orang cari kerja. Namun, saya nggak mau adik-adik angkatan saya mengikuti langkah yang sama. Generasi Y dan Z, pada umumnya suka berpindah kerja. Sering pindah kerja ini, sering disebut kutu loncat (aku sih nggak suka dengan istilahnya, karena ini istilah

Berhadapan dengan PRO? Perhatikan Hal ini biar Gak Rugi

Gambar
Pada beberapa waktu lalu, di saat sibuk-sibuknya, saya ditawari teman untuk membantu roadshow sebuah acara talkshow teknologi terkemuka. Nah, sangat disayangkan, vendor yang menanganinya adalah bukan orang yang profesional (PRO). Memang dari berbagai hal, karakter personal dari lead vendor ini memang tidak mencerminkan orang yang pro, sehingga mau nggak mau, kami terjebak pada hal-hal yang lumayan disayangkan ketika membantu mereka. Untuk menghindari lagi hal-hal tersebut, berikut hal yang perlu diamati untuk mengetahui partner kita adalah orang yang pro atau tidak. 1. Nomor Handphone Nomor handphone itu penting sebagai representatif profesionalisme. Pada dasarnya orang yang pro selalu menggunakan nomor paska bayar; misalnya kartu Halo dari Telkomsel (dengan nomor depan 0811xxxxx), atau Matrix (dengan nomor depan (0816xxxx atau 0855xxxx). Mengapa demikian? Karena orang yang pro berinvestasi pada bagaimana membangun jaringan/network, dan reputasi diri mereka. Apabila kamu beker