Bangga-kah Jadi Orang Indonesia?

Pada hari ini, bangsa Indonesia merayakan hari jadinya ke-70 (17 Agustus 2015). Ketika nonton TV kemarin, saya melihat berita di suatu acara dengan tag-line "Bangga-kah Anda jari Orang Indonesia? Nah ini sangat menarik menurut saya, karena banyak hal yang sebenarnya anak sekarang itu nggak optimis dan nggak bangga dengan Indonesia.


Merayakan Kemerdekaan Indonesia dengan Senam Lantai

1. Lebih suka produk buatan negara lain daripada negara sendiri
Yuk ceklis semua barang-barang di kamarmu yang merupakan produk Indonesia. Kalau ada minimal sepuluh, kamu udah hebat banget dah. Dari makanan, sampai perlengkapan mandi, nggak terasa semuanya udah produk asing kan, karena produk mereka lebih asik (menurut pikiran kita sih), padahal produk dalam negeri juga nggak kalah kualitasnya. 

Kalau saya, mikirnya konspirasi aja sih. Karena udah pikiran kita untuk menggunakan dan membeli produk asing, jadinya produk lokal sendiri yang mau masuk, nggak bisa untuk bersaing, dan akhirnya para pengusaha lokal juga malas dan tidak optimis untuk memproduksinya. Alhasil, daripada bikin produk tapi nggak laku, mendingan nggak usah bikin aja sekalian. Dan pastinya, produk Indonesia tidak ada di dunia ini.

2. Wajib pakai bahasa Inggris kemana-mana
Dulu ketika kerja sebagai HR di peusahaan asing, saya mewawancarai seorang anak dari universitas terkemuka yang hits banget, dan dia-nya udah menyempatkan diri untuk bertukar belajar di Jerman. Menurut saya wow banget! Namun, parahnya si adek ini sudah lupa berbahasa Indonesia, padahal kerjanya nanti bahasa Indonesia semua, meskipun perusahaannya berlabel asing. Saya merasa kasihan pada saat FGD, dimana dia diminta untuk presentasi, dan alhasil kandidat lain yang melihatnya merasa bingung, karena bahasa Indonesianya nggak beraturan atau nggak SPOK,

Ada lagi cerita ketika saya makan di daerah Amplas, dan disana bertemu keluarga baru yang anaknya masih TK dan SD. Mereka ngobrol dengan bapak dan emaknya dengan bahasa Inggris, padahal mereka Indonesia banget wajahnya. Memang sih sepertinya sekolah internasional akan membawa mereka pada lingkup dan kebiasaan internasional, tapi kalau bahasa sehari-harinya berganti dengan bahasa Inggris, bisa-bisa mereka pasti lupa bahasa Indonesia.

3. Cuma tertarik sama yang berbau kebarat-baratan
Faktanya memang demikian. Sebelum hari kemerdekaan, saya diundang untuk wawancara di suatu perusahaan plat merah, dan saya pada saat itu melamar sebagai manajer produk untuk pengelolaan aplikasi telepon genggam. Nah, ketika saya utarakan bahwa kita (maksudnya perusahaan itu) bisa bikin aplikasi yang ke-Indonesiaan, mereka (direksinya) tertawa, karena mereka mengira, mana mungkin merek Indonesia bisa dicintai masyarakat Indonesia. Memang ada benarnya sih, kalau merek Indonesia nggak terlalu disukai bangsa Indonesia sendiri, tapi mikir juga lagi dong, kalau di Indonesia memang belum ada merek yang Indonesia banget, dan sesuai pasar Indonesia banget.

Beda lagi ceritanya kalau kebarat-baratan itu jika dalam bentuk personal, yaitu punya kenalan bule. Beberapa anak gahul masa kini yang kenalan dengan bule, bakal ngajak bule tersebut muter-muter, selfi mulu diposting diberbagai sosial media, pamer banget deh pokoknya kalau dia punya temen deket atau bisa juga jadi pacar bule tersebut. Anak gahul tersebut akan naik imej nya dimata teman-temannya, dan anehnya di Indonesia itu memang demikian. Jika kamu punya temen deket bule, maka imej kamu akan naik sepuluh derajat dibandingkan kamu punya banyak teman anak lokal. 

Dunia bisnis punya cerita lain. Kalau kamu melamar di perusahaan dalam negeri atau plat merah, kebarat-baratan akan sangat dipertimbangkan. Kamu bisa berbahasa Inggris (+5%), bahasa asing lainnya (+10%). Kalau kamu kuliah di luar negeri, maka nilai kamu akan (+10%). Pernah bekerja di perusahaan asing (+20%). Beda ceritanya kalau kamu, kuliah di kampus lokal (-5%), dengan cuma bisa berbahasa Indonesia (-10%), pernah kerja di perusahaan lokal (-5%). Ini nggak cuma berlaku buat ngelamar kerja aja, tapi juga berlaku saat minta dana ke investor buat berbisnis.

Kalau aku sih biasa aja punya teman bule, karena dulu pernah gawe di perusahaan asing, jadi ya memang bakalan banyak temannya bule. Terus kalau saya jadi orang lokal gimana? Haruskah aku ganti kewarganegaraan dan ngecat rambut dulu biar bisa punya teman dan hoki :\

4. Kerjaannya, Nyinyirin Indonesia mulu
Sering kan, nemuin hal-hal ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Aku pengen tinggal di Rotterdam aja ah besok. Kota nya tenang, damai, dan nggak macet, kayak Jakarta. Yah, sebenarnya kamu cuma salah pilih tempat tinggal aja sih di Indonesia. Saya tinggal di Sleman ujung, yang sepi dengan kendaraan, banyak sawah dan hutan, dan ada akses internet. Menurut saya Indonesia disini indah, dan lebih bagus daripada Jakarta.

Kegiatan nyinyirin yang lain adalah nyinyirin presiden, pemerintahan, atau apapun yang ada Indonesianya. Juga nyinyirin produk-produk lokal, dsb. Sudahlah, nyinyir itu tiada arti, mungkin perlu banget banyak bersyukur kalau kita tinggal di Indonesia. Coba tinggal di Damaskus, Suriah, yang baru saja dinobatkan sebagai kota paling tidak aman di dunia karena perang. Bakal kerasa banget susahnya.

5. Menyerah dengan Keadaan Indonesia
Beberapa teman saya yang bekerja di Kementrian, berulang kali nyetatus dalam sosial medianya mengomentari kerja pemerintah. Saya rasa aneh, karena mereka kan bagian dari pemerintah, kenapa nggak ikut serta dalam melakukan perubahan. Alasannya sangat klise, bahwa ini tidak akan bisa dirubah. :/

Ini sangat berbeda ceritanya jika saya yang musti merubah hal tersebut, karena saya cuma warga sipil, petani cabai dengan kebun kecil, dan anak gadget banget. Akan terlalu lama jika saya melakukan perubahan karena perjalanannya masih jauh banget. Beda cerita kan, kalau saya sudah menjadi bagian dari kementrian, dan pasti paling enggak lima tahun kedepan bisa merubah hal tersebut.


Kembali ke pertanyaan diatas, bangga-kah jadi orang Indonesia? Karena saya sudah berkomitmen untuk tinggal di Indonesia, maka saya bangga-bangga aja tuh. Saya juga optimis, negara ini akan berubah kedepannya, dan membawa saya dan orang lain untuk kehidupan yang lebih baik. Dirgrahayu ke 70 ya Indonesia!

Postingan populer dari blog ini

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Mengapa Biaya Makan di Tiap Kota Beda-beda?