Personal Kaledioskop 2017



Karena persiapan 2018, semua-semua agenda Desember 2017 ini tentang Kaleidoskop deh. Nah kali ini saya juga mau bikin Kaleidoskop 2017 Personal aja deh.
Tahun 2017 ini ternyata nggak lebih baik dari tahun 2016 lalu. Meski ada peningkatan personal revenue (yang padahal juga nggak terlalu substantial, tapi lumayan lah), dan dari segi karir (emang punya :p) yang ternyata useless, ada beberapa hal yang dapat dipelajari di tahun ini.

Masih Seputaran Telkomsel

Di tahun 2017 ini ternyata kehidupanku nggak jauh-jauh dari obrolan Telkomsel. Ya, sepertinya saya gagal move on setelah April 2016 lalu meninggalkan Telkomsel Smart Office Jakarta. Mengapa? Karena tahun ini malah banyak agenda atau kegiatan yang Telkomsel banget (padahal udah nggak kerja di Telkomsel). Misalnya jadi MJM TelkomselRunners di bulan April, TCASH Activation Buddy bulan April hingga Agustus, BestCSAward di bulan November, dan NusantaRUN di bulan Desember. Terlebih parah adalah BestCSAward, yang which is, saya penyelenggaranya dulu di tahun 2015, dan jadi ekstra reuni dengan VP, GM, Manajer, dan staf-staf lainnya.

Banyak teman-teman yang bertanya “Akankah kamu kembali ke Telkomsel?”. Actually, I wan’t but I won’t. Kenapa? Karena kalau saya hanya disana, maka nggak akan berkembang se-rapid yang saya ketahui sekarang. Tapi kalau bantuin, apalagi ada duitnya, aku akan secara sukarela membantu. Buktinya, anak-anak Telkomsel (HO atau Area) dalam inner circle, yang main ke Jogja pasti ku samper.

Business Development, Telkom JDV, dan KAFEGAMA-MM

Tahun ini menurut saya adalah tahun belajar menjadi Business Development. Dari ngurusin acara pritilan di JDV hingga bikin acara sebesar Jogja Geek Fair (yang kata beberapa orang NYNYR failure gitu). Disini saya belajar banyak.

Pertama, untuk masalah business development dan partnership ini adalah masalah kenyamanan yang menguntungkan. Jika masing-masing pihak tidak nyaman, apalagi tidak memberikan keuntungan, maka tidak terjadi deal. Ini yang saya rasakan ketika bertemu orang, impression first, profit later. Ingat, jika anak busdev cabut, maka klien yang ada dibawahnya tentu saja ikut terbawa.

Kedua, trust the team. Kepercayaan adalah hal utama, karena sekali sudah distrust, maka proyek atau agenda yang dikerjakan bubar. Sepakat dengan ini, misalnya pada case Jogja Geek Fair, saya lebih nyaman dengan tim yang dicari sendiri, meskipun anak-anaknya belum experience, tapi yang penting saya percaya mereka dulu. Performa menurut saya adalah hal yang bisa diajarkan. Berbeda dengan agenda KAFEGAMA-MM terakhir yang saya handle, lumayan berantakan, karena beberapa pihak internal tim tidak percaya dengan sesama timnya, hingga membuat partner yang saya bangun dengan vendor dan partners bertahun-tahun runtuh (authority matters). Bagaimana cara membangun kepercayaan? Just go with your reputation & experience.

Ketiga, know your bargaining power. Intinya, kita nggak bisa berpartner dengan bisnis yang lebih tinggi statusnya (finansial, market, maupun strategic things) dengan kita. Sebenarnya bisa, namun kemungkinannya sangat kecil (dibawah 10%). Ini saya pelajari di Jogja Geek Fair 2017 juga, yang kemudian di copy oleh start-up lokal juga yang ingin mengadakan event serupa di Q3 2017, dan akhirnya tidak jadi. Ingat, reputasi itu penting, dan saya membangun reputasi via karir yang lima tahun saya bangun di kantor-kantor saya sebelumnya.

Keempat, menghadapi kegagalan. Ditolak itu memang menyakitkan, apalagi jika kita memiliki ekspektasi yang tinggi. Bagaimana saya menghadapi ini? Jawabannya adalah menyusun probabilitas keberhasilan dalam berpartner. Do the math! Saya selalu menghitungnya di excell, sehingga kalau gagal banget ya nggak rugi banget.

Olahraga dan Lari

Di tahun ini, intensitas olahraga dan lari saya semakin dikit. Race hanya 3 bulan sekali, dan lari hanya seminggu sekali. Mungkin udah nggak jamannya. Namun beberapa teman (khususnya anak-anak TelkomselRunners) selalu menyemangati agar segera kembali berlari. Mungkin aku belum terlalu termotivasi.

Karir

Never ask! I have no any other one yet!

Eh tapi dari mencoba berbagai lamaran, ternyata apa yang aku lakukan sekarang itu belum dibutuhkan karena pada umumnya start-up mencari orang-orang untuk posisi basic, atau super expert (reputability purposes). Pernah sesekali bertemu dan ditawari untuk membantu startap ternama di Jakarta, namun mereka maunya cuma dibantu, dan saya nggak dibayar. Jadi ya bye bye aja. I need money!

Ya, kayaknya tahun 2018 harus cari pekerjaan tetap. Karena status lebih penting daripada duit ataupun skill.

- - - - -


Mungkin itu sekilas diriku di tahun 2017. Tahun ini juga nggak ada travelling, seperti tahun 2016 lalu (via CCM atau NEXTDEV Telkomsel 2017). Semoga tahun depan ada hal yang lebih baik ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Dokumen yang Harusnya Gak Perlu Pas Ngelamar Kerja.

Gambaran Umum tentang "Career Path" si Kutu Loncat

Mengapa Biaya Makan di Tiap Kota Beda-beda?